Tuesday, October 20, 2015

11:27 PM - No comments

BJBR Probolinggo

BJBR
      Di daerah Pelabuhan PPP, kota Probolinggo di Jawa Timur, terletak sebuah hutan bakau di atas pantai pasang surut. Dari Surabaya, hanya butuh naik bus dari Terminal Bus Bungurasih menuju Probolinggo. Hutan ini berada di pantai Probolinggo, di daerah Utara.
 Dilihat dari langit, hutan tersebut kelihatan hijau dan sehat, dengan beberapa tenda-tenda putih di tengah-tengahnya. Di dalamnya, pengunjung kelihatan puas dengan berbagai macam fasilitasnya di tengah hutan mangrove yang besar. Tidak terbayang, 3 tahun yang lalu yang terlihat di Muara Kali Banger ini hanyalah hutan bakau yang penuh dengan tumpukan sampah sejauh mata memandang.

  Tapi tergeraklah hati tiga orang: Benjamin Mangitung, Juda Mangitung, dan Justinus Tan. Mereka menciptakan impian besar yaitu “Mengubah Sampah Menjadi Emas” di atas tempat itu. Mereka bertiga berani berinvestasi dan membersihkan sampah itu sehingga tercapailah impian mereka. Beejay Bakau Resort telah lahir.


Image result for bjbr probolinggo
Salah satu bungalow
  Pengunjung datang dari mana-mana datang dari jam 9:00 pagi sampai jam 22:00 malam, menggunakan jembatan kayu kelapa yang panjangnya sampai 700 meter sebagai sarana untuk mengeksplorasi tempatnya. Mereka berjalan keliling hutan bakaunya, dan merasa bahwa mereka benar-benar ada di dalam hutan yang liar, bebas dari suasana kotanya Probolinggo sambil menikmati fasilitas-fasilitasnya. Pada umumnya, mereka pergi ke pantai pasir putih, lengkap dengan aneka ragam permainan air dan lapang voli. Namun, ada juga yang menginap di sana, di bungalow kecil yang terbuat dari 90% kayu kelapa, berjajar di tengah hutan bakau yang sejuk, beberapa mengambang di ranca, 100% bersih dan nyaman. Harganya per malam itu 750.000 rupiah, yang cukup sesuai dengan kebersihan dan fasilitasnya. Salah satu hal yang cukup mengagetkan bagi pengunjung adalah walaupun di tengah-tengah rawa, nyamuk bukanlah masalah yang besar, dan jika menjadi masalah, resor akan memberikan semprotan anti-nyamuk.

  Selain wisata alam yang indah, ada juga wisata kuliner yang bersuasana romantis yang bisa dinikmati bersama pemandangan wisata alam, lampu-lampu kecil di jembatan kayu kelapa sampai restorannya, musik yang santai, dan angin pantai yang sejuk. Pengunjung dapat bersantai dan bermakan di Café Jonggrang Mayangan, tepat di pinggir pantai. Tapi ini bukan wisata kuliner utamanya. Ada juga sebuah restoran beratap tenda dengan 4 kubah yang besar, terbesar di Indonesia. Inilah Rest-o-Tent, restoran sari laut, di mana pengunjung menikmati makanan seafood yang enak dan murah disertakan juga pertunjukan masak ‘Master Chef’ yang profesional.

  Inilah contoh dari pembangunan berkelanjutan yang baik. Pembangunan berkelanjutan secara sosial adalah pembangunan yang mempertimbangkan tiga aspek yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dalam pembangunan berkelanjutan yang baik, ketiga aspek itu harus diperhatikan agar benar-benar berkembang.

  Beejay Bakau Resort (atau biasanya disebut BJBR) ini sudah jelas mempertimbangkan ketiga aspek dalam pembangunan berkelanjutan. Tujuannya Benjamin Mangitung, Juda Mangitung, dan Justinus Tan bukanlah uang. Mereka bertujuan untuk membuat fasilitas dengan alam yang bersih. Mereka membersihkan alam untuk menyediakan fasilitas dan wisata untuk semua orang. Tujuannya jelas bukan uang. Inilah yang akan membuat ekonomi berkembang; perspektif yang berbeda, perspektif bahwa tujuannya bukan uang, tapi kemakmuran. Harga-harga makanan dalam Rest-o-Tentnya juga relatif murah, walaupun makanannya enak dan direkomendasi. Sepertinya investor-investornya cukup berani dengan investasinya, walau pada akhirnya sukses.

  Dengan pertunjukan-pertunjukan, fasilitas-fasilitas yang sangat baik, dan wisata alam yang sangat baik, secara sosial, BJBR cukup memuaskan. Sepertinya, area ini juga membiarkan penduduk lokal masuk dan mengambil kerang-kerang di pantainya. Pelayanan fasilitas-fasilitasnya juga cukup baik, terutama pelayanan di Rest-o-Tent yang cukup cepat dan ramah. Ada acara-acara belajar di sana untuk anak-anak, seperti studi lingkungan dan lain-lain. Jadi, untuk harga masuk sebanyak 20.000 rupiah, itu cukup baik secara sosial, walaupun 20.000 per orang itu agak mahal.

  Secara lingkungan, BJBR Probolinggo sudah jelas baik. BJBR adalah wisata alam. Dari tumpukan sampah menjadi ‘emas’, BJBR sangat memerhatikan lingkungan. Dari pembersihan sampahnya dari bahan-bahan alami yang membuat bangunan-bangunan serta jembatannya, BJBR sangat memerhatikan alam walaupun ada tempat parkirnya. Selain itu, BJBR mempertimbangkan alam secara total.

  Dari situ, kita bisa simpulkan bahwa BJBR mendukung pembangunan berkelanjutan. Dari fasilitas-fasilitas baiknya, alam bersihnya, dan perspektif ekonominya, rating yang saya berikan adalah 9/10 karena ada rencana untuk membangun lebih banyak bungalow, dan tempat parkirnya terlalu mendukung kendaraan pribadi.

Rating Final: 9/10 bintang. Purdy good, if I do say so myself.

0 comments:

Post a Comment