Thursday, February 18, 2016

4:49 PM - 1 comment

Hidup di Bayangan Kembar


JacobIHaveLovedBookCover.jpg
Judul Buku: Jacob Have I Loved
Copyright: Katherine Paterson
ISBN: 0690040784
Genre: Buku Remaja
Penerbit: Crowell, 1980. Fitzgerald Books, 2007.
Ilustrasi: Chris Sheban
Jumlah Halaman: 216

  Kehidupan di pulau kecil adalah kehidupan yang terbatas. Pekerjaan bagi generasi muda terbatas, teman terbatas, dan teknologi pulau juga terbatas. Pada tahun 40’an, di Pulau Rass, yang berada di Chesapeake Bay, masa depan hampir semua anak laki-laki adalah nelayan, dan masa depan hampir semua anak perempuan adalah ibu rumah tangga. Kehidupannya memang sangat terbatas.

  Sara Louise Bradshaw, biasa dipanggil “Louise” atau “Wheeze”, adalah salah satu anggota keluarga Bradshaw, yang terdiri dari 5 anggota. Selain Louise, ada juga Truitt; bapaknya, yang bekerja sebagai nelayan, Susan; ibunya, ibu rumah tangga, Nenek Bradshaw; nenek yang sangat religius, dan Caroline; kembarnya Louise, yang lebih cantik, lebih pintar, dan jauh lebih berbakat dibanding Louise.

  Caroline dianggap sebagai keajaiban karena hampir meninggal saat lahir, dan diberi perhatian oleh semua orang sampai waktu remajanya, sedangkan Louise terpaksa ‘hidup di bayangan’ kembarnya, diabaikan. Caroline menghabiskan uang yang cukup banyak untuk les piano dan les vokalnya, dan uang ini dihasilkan Louise dan teman lamanya, McCall Purnell; biasa dipanggil “Call”.

  Call adalah satu-satunya teman Louise, walaupun selera humornya garing, dan sangat membosankan. Mereka berdua memancing, dan menjual hasilnya untuk keluarga mereka. Louise bekerja keras, tapi Caroline malah menyia-nyiakan uang hasil kerjanya. Louise merasa diabaikan dan tidak diberi apresiasi. Ada banyak kejadian memalukan dimana Louise tidak sengaja melakukan hal yang kacau, sedangkan Caroline si keajaiban mengejeknya. Louise ingin segera pergi dan mencari kebahagiaan di luar sana.

  Satu-per-satu, Caroline ‘mencuri’ semua hal yang Louise miliki. Caroline mengambil barang-barang yang dibeli oleh uang hasil Louise, mengambil perhatian dari hampir semua orang, dan bahkan sampai mengambil teman-teman Louise; Call, dan Hiram “Kapten” Wallace, kakek-kakek tua yang baru pindah ke pulau Rass. Louise juga mulai ingin pergi kuliah dan meninggalkan pulau Rass.

  Akhirnya, Caroline pergi untuk kuliah ke sekolah musik, dan Louise terpaksa menetap di rumah, sambil merawat neneknya yang sering marah-marah. Louise melepaskan semua emosi yang terpendam ke ibunya, dan akhirnya ada yang mengerti Louise. Sebenarnya, Louise boleh-boleh saja pergi dari Rass, tapi tidak mengungkapkan apa-apa ke orang tuanya. Louise bertanya, “Ibu sama Ayah nanti merindukanku seperti Caroline, tidak?”

  Jawabannya adalah, “lebih.”

  Louise pada akhirnya kuliah dalam bidang kebidanan di Universitas Kentucky, dan dikirim ke satu 
kota di pegunungan yang terisolasi dan tidak memiliki dokter. Louise pada akhirnya menikah dengan seorang duda, dan menemukan kebahagiaan di kota itu.

“Jacob have I Loved, but Esau have I Hated.”

  Itu adalah satu kalimat dalam Al-Kitab, yang menurut Louise, cocok dengan kehidupannya. Louise merasa seperti Esau, dibenci semua orang, dan hidup di bayangan saudaranya, yang dicintai semua orang.

  Buku ini kurang-lebih begitu.

  Menurut saya, buku ini kurang seru, karena kurang banyak kejadian yang menarik. Buku ini dipenuhi banyak adegan dimana Caroline > Louise, sehingga saya muak membacanya, dan ikut membenci Caroline. Penulisan di buku ini membuat pembaca simpatik dengan Louise, sehingga makna buku ini lebih terasa. Walaupun begitu, menurut saya, kurang banyak konflik antara Louise dan Caroline, mungkin karena Caroline kurang peka.


  Saya merekomendasikan buku ini ke siapapun yang merasa iri dengan orang lain, karena pada akhirnya, bila sabar, semua orang akan menemukan kebahagiaannya. Mungkin buku ini akan menjadi inspirasi bagi orang-orang yang merasa iri. Saya tidak merasa begitu, jadi kurang merasa inti ceritanya. Selain itu, buku ini adalah buku yang bagus sebagai bahan bacaan yang berukuran sedang dan cerita yang menarik.

Credits to Arvin Keisan

Wednesday, February 10, 2016

8:22 PM - 2 comments

“Yo-ho-ho, dan sebotol rum!”

Image result for treasure island bahasa indonesia
Judul Buku: Treasure Island
Copyright: Robert Louis Stevenson, Cassel & Co 1883
ISBN: 978-979-024-465-8
Genre: Fiksi Adventure, Klasik, sastra young-adult (remaja)
Penerbit: Atria
Alih Bahasa: Mutia Dharma
Editor: Ida Wajdi & Pujia Pernami
Ilustrasi: Ella Elviani
Desain Cover: Hadi Mahfudin
Cetakan I: April 2011; 196 halaman

  Bajak laut. Apa yang dibayangkan ketika mendengar kata itu? Mau tidak mau kau pasti membayangkan petualang lautan yang ganas, yang hidup dengan liar, tanpa memedulikan esok hari dan hanya takut kepada tiang gantungan. Mereka menjalani kehidupan yang berbahaya dengan mengikuti peta harta karun yang ditanda dengan ‘X’ besar di pulau tropikal. Ada pelaut yang berkaki satu, dengan burung beo di pundaknya yang berbicara dengan kasar. Ini persepsi ‘bajak laut’ secara umum, dan percaya atau tidak, persepsi ini berasal dari buku Treasure Island karya Robert Louis Stevenson yang merupakan salah satu buku klasik terpopuler.

  Cerita yang dipisah menjadi 6 bagian ini mengikuti kehidupan Jim Hawkins, remaja berumur 17 tahun yang membantu ayahnya menjalani Admiral Benbow, penginapan mereka. Kehidupan Jim Hawkins adalah kehidupan yang biasa-biasa saja, tapi muncullah “Sang Kapten” Billy Bones, seorang bajak laut tua yang sering mabuk dan membuat ribut di penginapan Admiral Benbow.

  Sang Kapten membayar Jim beberapa penny agar dia waspada terhadap pelaut berkaki satu. Saat Sang Kapten mabuk, seorang pelaut datang dan mengagetkan Sang Kapten sehingga struk. Sang Kapten menjelaskan bahwa ada beberapa pelaut yang menginginkan isi petinya. Saat pelaut yang lain datang, Sang Kapten kena struk lagi dan meninggal. Jim dan ibunya membuka petinya dan menemukan uang, jurnal, dan sebuah peta. Setelah diskusi yang panjang, dokter lokal, Dr. Livesey menduga bahwa peta itu adalah peta harta karun bajak laut terkenal, Kapten Flint. Hakim Trelawney memutuskan untuk pergi mencari hartanya. Livesey menjadi dokter kapal, dan Jim menjadi awak kabin.

  Mereka merekrut banyak orang ke dalam kru kecil mereka, termasuk pengemudi yang hebat bernama Israel Hands, dan juru masak berkaki satu bernama Long John Silver yang menggunakan kruk untuk jalan dan memiliki burung beo yang berbicara di pundaknya. Jim tidak menyangka bahwa Silver adalah ‘pelaut berkaki satu’ yang diwaspadai Sang Kapten, karena Silver terlihat baik dan hebat. Mereka mulai berlayar di kapal Hispaniola ke pulau tropikal yang jauh dari Inggris. Pada suatu malam, Jim bersembunyi di barel apel, dan menguping Silver dan beberapa pelaut yang lain. Mereka semua adalah bajak laut, dan mereka berencana untuk berkhianat. Jim memberi tahu ini ke Dr. Livesey, Hakim Trelawney, Kapten Smollett, dan beberapa orang lain yang akan berpura-pura tidak tahu apa-apa sebelum sampai di pulau.

  Saat sampai di pulau, beberapa orang yang melawan Silver dibunuh. Jim menjadi salah satu saksi pembunuhan itu, dan kabur ke dalam hutan tropis sedangkan yang lain masih berada di kapal. Jim bertemu dengan Ben Gunn, mantan bajak laut yang kurang waras yang ditinggalkan di pulau itu. Ben Gunn berjanji akan membantu melawan Silver dan para pengkhianat bila diberi keju, sepotong harta, dan boleh ikut pulang.

  Sambil Jim membuat perjanjian dengan Ben Gunn, Kapten Smollett, Hakim Trelawney, Abraham Gray, dan Dr. Livesey turun dari kapal untuk memasuki benteng. Orang-orang yang masih ada di kapal, termasuk pengemudinya, Israel Hands, menaikkan bendera bajak laut. Beberapa orang meninggal dalam pertempuran sebelum Jim sampai di benteng.

  Pada malam itu, Silver datang ke benteng di bawah bendera putih untuk membuat perjanjian dengan Kapten Smollett untuk petanya. Smollett tidak setuju dan pada akhirnya, ada pertempuran lagi, di mana beberapa orang meninggal, dan Smollett terluka. Jim memutuskan untuk kabur dengan menggunakan perahu buatan Ben Gunn. Jim memotong tali kapal Hispaniola sehingga kapalnya lepas.

  Besoknya, Jim menemukan kapal itu lagi, dan saat menaikinya, dia bertemu dengan Israel Hands, yang baru membunuh temannya, O’Brien. Mereka membuat kesepakatan untuk bekerja sama agar bisa kembali ke pulau harta karun. Hands berusaha untuk membunuh Jim, tapi akhirnya Hands yang tenggelam dalam upaya membunuh Jim. Jim kembali ke pulau sendirian dan memasuki benteng dan bertemu dengan Silver dan beberapa temannya!

  Ternyata, setelah Jim menghilang, sang kapten akhirnya memberikan petanya kepada Silver dan para pengkhianat. Jim disandera mereka, dan membantu mencari harta karunnya. Saat mereka menemukan tempat harta karunnya, ternyata kosong! Para pengkhianat menerjang ke arah Silver dan Jim saking marahnya, tapi mereka ditembak Gray, Gunn, dan Dr. Livesey. Livesey menjelaskan bahwa Gunn sudah membawa hartanya dan menyembunyikannya.

  Para pengkhianat yang masih hidup ditinggalkan di pulau tersebut kecuali Silver, yang dibawa. Tapi Silver kabur dan membawa beberapa kantong untuk dirinya sendiri. Yang lain kembali ke Bristol dan membagi hartanya. Masih ada sedikit lagi di pulaunya, tapi tidak ada yang berani kembali ke sana untuk mengambilnya.

  Cerita ini kurang lebih begitu.

  Buku ini memiliki aura khas bajak laut dan petualangan. Buku karangan Robert Louis Stevenson ini adalah buku pertama dengan konsep bajak laut dan peta harta karun, yang mempengaruhi pandangan semua orang terhadap bajak laut. Konsep ini merupakan konsep yang jenius, sehingga sekarang, kita semua membayangkan bajak laut seperti bajak laut di Treasure Island.

  Namun, ketika diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, aura bajak laut itu menghilang sedikit karena kata-kata kasar dan ‘slang’-nya para bajak laut menghilang sedikit. Ini wajar, tapi mengecewakan, menurut saya, karena gaya Bahasa uniknya para bajak laut jadi kaku dan agak datar. Upaya untuk menerjemahkan ‘slang’ ini gagal rupanya. Kata ‘tugas’ menjadi ‘tuggas’ sehingga terdengar aneh. Ada juga kata ‘goblog’ di dalam bukunya, yang menurut saya, terlalu kasar untuk buku remaja dan anak-anak seperti ini.

 Selain itu, saya tidak punya keluhan lain, karena kisahnya sangat menarik dan penuh dengan petualangan unik. Ada juga tokoh yang unik dan bermuka dua seperti Silver dan banyak tokoh pendukung lainnya yang juga unik, bahkan lebih unik dari protagonisnya, Jim, yang kurang memiliki daya tarik.


“Lima belas orang di peti mati – Yo ho ho, dan sebotol rum!
  Minumlah dan biarkan iblis beraksi – Yo ho ho, dan sebotol rum!”


  Menurut saya, kisah ini menarik dan direkomendasi untuk orang-orang yang suka konsep bajak laut dan petualangan mencari harta karun, atau untuk orang yang suka buku petualangan secara umum. Saya memberi buku ini rating 4/5, karena walaupun sangat menarik, saya kurang tegang dan heboh saat membacanya entah karena terjemahannya, atau karena plot yang kurang menegangkan. Selain itu, saya merekomendasikan cerita ini untuk semua pecinta buku klasik dan buku petualangan.